kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku
Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jari
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi
Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meragas
Koleksi photo Jim Henry | Kepada Jaranireng: Aku dan Tulisanku Adakah orang akan bertanya akan aku ketika aku tak pernah menulis satu kata? Adakah orang akan mencari namaku ketika aku tak pernah meninggalkan kesan? tulisanku adalah diriku, diriku mustahil adalah tulisanku jari-jariku bekerja dengan otakku tapi tidak dengan diriku diriku adalah kumpulan prilaku potensi dosa diriku adalah susunan tulang daging darah yang mungkin telah menyerap barang haram diriku bukan milikku, lingkunganku telah mengklaimnya Adakah orang pernah menerima aku berbeda dengan tulisanku? Berjayalah kalimat-kalimat yang kutulis sebab mereka mendapat teman dan musuh yang menghormati ingin aku memasukkan diriku ke dalam tulisanku harap aku bisa mendapat sapaan hormat yang sama Tulisanku adalah produksi otakku yang bersahaja tak dapat bercengkrama dengan prilakuku yang diproduksi oleh niatku yang subjektif tulisanku memberi tahu tentang aku ke dunia sementara aku tak pernah berbuat yang sama kepada tulisanku.... |
|
Kepada Seorang Ayah yang berbahagia,
Koleksi Photo Jim Henry
Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu
Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.
Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar